Lebih dari Mengajar: Membekali Hati dan Strategi
di IHT SMAN 1 Banuhampu

Dunia pendidikan hari ini menuntut seorang guru untuk memainkan banyak peran. Tak cukup hanya sebagai penyampai materi, guru harus menjadi seorang psikolog yang memahami hati, seorang motivator yang menyalakan mimpi, sekaligus seorang ahli strategi yang jeli melihat peluang masa depan murid-muridnya. Menjawab panggilan kompleks inilah, SMAN 1 Banuhampu mendedikasikan satu hari penuh, Kamis, 14 Agustus 2025, untuk membekali para pendidiknya melalui sebuah In-House Training (IHT) yang komprehensif.
Tema yang diangkat, "Peningkatan Kompetensi Guru dalam Menyikapi Karakter Murid yang Beragam dan Persiapan TKA 2025", bukanlah sekadar slogan, melainkan sebuah cerminan dari dua tantangan terbesar di dunia sekolah menengah atas saat ini.
Pondasi Keikhlasan di Tengah Keragaman
Pesan pembuka dari Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah I, Ibu Willia Zuwerni, S.Pd, M.Si., menjadi pengingat yang meneduhkan. Di tengah laju kurikulum dan tekanan akademis, beliau mengingatkan tentang pentingnya "ikhlas". Sebuah kata sederhana namun sarat makna. Ikhlas menjadi bahan bakar bagi guru untuk tetap sabar menghadapi puluhan karakter unik di dalam kelas, mulai dari yang pendiam, yang ekspresif, hingga yang membutuhkan perhatian khusus. Pesan ini seolah menjadi fondasi spiritual sebelum para guru menyelami materi teknis.
Menyelami Dunia Murid Lewat Data Psikologis
Bagaimana cara memahami karakter yang beragam itu secara ilmiah? Ibu Molly, seorang psikolog yang menjadi narasumber pertama, memberikan jawabannya. Beliau memaparkan bagaimana hasil tes diagnostik bukan sekadar angka di atas kertas, melainkan sebuah "peta" untuk menjelajahi dunia internal siswa.
Melalui paparannya, para guru diajak untuk melihat lebih jauh dari sekadar jawaban benar atau salah. Ada siswa dengan gaya belajar visual, ada yang kinestetik, ada yang memiliki kecemasan saat ujian, dan ada pula yang menyimpan potensi besar di balik sikap acuhnya. Dengan bekal ini, guru tidak lagi mengajar "kelas", tetapi mulai mengajar "individu-individu" di dalam kelas. Pendekatan yang dipersonalisasi ini adalah kunci untuk pembelajaran yang inklusif dan bermakna.
Menaklukkan TKA dengan Strategi Jitu
Setelah memahami "siapa" yang diajar, fokus beralih ke "apa" yang harus dicapai. Sesi ketiga yang dibawakan oleh tim dari Bimbel Prima Smart menjadi jembatan antara pembelajaran di sekolah dengan gerbang perguruan tinggi: Tes Kemampuan Akademik (TKA).
Sesi ini bukan sekadar "bocoran soal", melainkan sebuah lokakarya strategi. Para guru dibedah pemahamannya tentang silabus TKA, jenis-jenis soal yang sering muncul (HOTS), serta bagaimana mengintegrasikan latihan berbasis TKA ke dalam KBM sehari-hari. Tujuannya jelas, agar siswa tidak "kaget" dan terbiasa dengan pola pikir yang dibutuhkan untuk sukses dalam tes tersebut. Guru diposisikan sebagai pelatih yang mempersiapkan atletnya untuk pertandingan besar.
Pada akhirnya, IHT hari ini di SMAN 1 Banuhampu meninggalkan kesan mendalam. Para guru tidak hanya pulang dengan setumpuk materi, tetapi dengan perspektif baru: bahwa mengajar adalah sebuah seni menyeimbangkan empati dan strategi. Sebuah seni memahami hati setiap murid, sambil terus memegang kompas yang mengarahkan mereka ke masa depan yang gemilang.
(Penulis: Guru/Jurnalis Web SMAN 1 Banuhampu)